Kegiatan Joint Meeting antara Direktorat Jenderal Imigrasi dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai – RI dengan Department of Home Affairs (Australian Border Force and Immigration) – Australia tengah berlangsung di Desa Visesa, Ubud, Bali (08/11). Pertemuan ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah yang mempertemukan otoritas keimigrasian dan kepabeanan Indonesia dan Australia.
Direktorat Jenderal Imigrasi sendiri telah lama menjalin hubungan baik dan berkolaborasi dengan pihak Australia melalui penyelenggaraan Joint Working Group (JWG) on Immigration yang hari ini menjadi pertemuan yang ke-20.
Efendy B. Peranginangin, Direktur Kerjasama Keimigrasian yang bertindak sebagai Ketua Delegasi Direktorat Jenderal Imigrasi menyampaikan salah satu isu terkait bagaimana pemahaman di era modern mengenai konteks manajemen perbatasan di bidang keimigrasian. Hal ini ditandai dengan dukungan kemajuan teknologi dan informasi dalam merespon perkembangan teknologi transportasi serta potensi ancaman kejahatan internasional.
Adapun isu-isu yang dibahas dalam Joint Meeting ini adalah manajemen perbatasan yang modern, integrasi pada perbatasan, pemanfaatan data dan teknologi dan peluang-peluang pelatihan.
Setidaknya terdapat dua hal menarik yang dapat ditarik benang merahnya dari pembahasan ke empat isu tersebut. Pertama, urgensi dalam kolaborasi dan kerja sama fungsi atau pelaksanaan operasional pemeriksaan keimigrasian dan kepabeanan yang tergabung dalam ‘komunitas’ otoritas manajemen perbatasan Customs, Immigration, Quarantine (CIQ) dalam konteks manajemen perbatasan modern.
Poin kedua yaitu upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan manajemen perbatasan di era modern saat ini melalui pemanfaatan data dan teknologi serta pelatihan kapasitas SDM.